Rabu, 10 Juni 2009

VISIT DIENG PLATEAU 2009

Minggu, 7 Juni 2009, kami sekeluarga bersama dua teman saya dari Pascasarjana ISI Yk meluangkan waktu mengunjungi Lembah Dieng (Dieng Plateau) khususnya Candi-Candi di Dieng. Tujuan utama saya ke sana selain refreshing juga untuk mencari data lapangan guna melengkapi tesis saya di Pascasarjana ISI Yogyakarta mengenai "Kontinuitas dan Perubahan Konsep Vastusastra pada Joglo Yogyakarta".



Candi-candi di Jawa Tengah merupakan contoh dari perwujudan budaya Hindu-Budha India di Jawa. Dieng di Jawa Tengah yang berangka tahun 809 M dianggap sebagai contoh seni arsitektur tertua di Indonesia seperti diungkapkan oleh Kempers (1959:32) bahwa “…the Dieng temple are earlier than most of the other momunents…”. Candi Dieng ini merupakan Candi Hindu yang bercorak Siwaistis, berada di dataran tinggi Bangunan Candi Bima di Dieng sangat mungkin didasarkan pada seni bangunan suci di India pada zaman Gupta atau zaman sesudahnya. Puncak atap Candi Bima yang sekarang telah rusak, sangat mungkin dahulu dihias dengan bentuk amalaka. Bentuk demikian biasa dijumpai menjadi penghias puncak atap sikhara pada kuil pemujaan dewa di India, misalnya pada bangunan Parasuramesvara di Bhuvanesvara (Coomaraswamy 1985: 202, plate 216).





Dari 8 candi di Dieng, candi Bima dengan bentuk atapnya seperti atap (sphire) candi di India melambangkan tipe arsitektur yang mengacu pada prototipe-prototipe candi di India Utara, seperti Candi di Mahabalipuram India Utara..

Dataran tinggi Dieng dianggap merupakan suatu tempat yang memiliki kekuatan misterius sebagai tempat bersemayamnya arwah para leluhur, sehingga tempat ini dianggap suci. Dieng berasal dari kata Dihyang yang artinya tempat arwah para leluhur. Candi-candi yang berada di dataran tinggi Dieng diberi nama yang berkaitan dengan cerita atau tokoh-tokoh wayang Purwa dalam lakon Mahabarata, misalnya candi Arjuna, candi Gatotkaca, candi Dwarawati, candi Bima, candi Semar,candi Sembadra, candi Srikandi dan candi Puntadewa, sama dengan Candi yang ada di Mahabalipuram India. (Soedarso Sp, Bahan Kuliah Sejarah Seni PPs ISI Yogyakarta, 2007).

Di pintu masuk menuju candi, terdapat sisa-sisa bangunan yang hanya tinggal basementnya aja, disebut Dharmasala. Konon dulu digunakan sebagai peristirahatan bagi para peziarah dan pertapa yang hendak beribadah di candi Dieng. Jadi fungsi candi Dieng adalah sebagai kuil persembahyangan umat Hindu pada masa lampau.




Kami juga menonton film tentang Dieng di Teater Museum Kailasa di Dieng. Tempatnya menyenangkan, berAC dan nyaman. Sangat cocok untuk media pembelajaran bagi siswa da mahasiswa. Di Museum juga banyak terdapat koleksi yang diambil dari artefak-artefak candi berikut keterangannya yang cukup informatif.


Pulangnya kami membeli edelweiss, bunga abadi dari gunung...

Kami juga sempat mengunjungi tempat wisata lainnya seperti: Kawah Sikidang, dan Telaga Warna. Pokoknya tempat wisata di Dieng macam2, tapi karena waktu yang tidak memungkinkan untuk mengunjungi semua, kami hanya mengunjungi 3 tempat saja. Mungkin lain kali bisa puas berputar-putar ke semua objek.


Tidak ada komentar: