Sabtu, 20 Juni 2009

TELAGA WARNA DAN KAWAH SIKIDANG DIENG


Cerita ini masih satu rangkaian dengan kisah perjalanan kami menjelajahi Dieng. Setelah mengunjungi kompleks percandian dan museum, kami mengunjungi Telaga Warna yang letaknya sekitar 1 km dari Lembah Percandian. Telaga Warna ini memang memiliki warna yang bermacam-macam, meski kini warnanya cenderung monokromatik, hanya gradasi warna hijau ke biru. Warna ini diakibatkan oleh kandungan mineral vulkanis dalam tanah di dasar telaga.



Banyak cerita mistis yang melingkupi wilayah ini, banyak tempat semedi di sekitar telaga, yaitu di Goa-goa. Tempatnya memang cocok untuk menyepi, seperti bayangan saya akan sebuah telaga sunyi, hiii jadi teringat lagunya Koes Plus: ...kisah seorang putri, yang tengah patah hati, lalu bunuh diri....tenggelam di telaga sunyi...bersama cintanya yang murni...."Telaga ini cocok banget dg gambaran lagu itu. Sunyi...dingin...rimbun, di tengah hutan, dilingkung gunung, agak gelap-gelap dikit..cocok banget buat ngelamun n suicide? hehee..wah jadi serem nich. Tapi tempatnya emang serem, padahal tengah hari bolong lho, bayangin kalau senja turun menyongsong malam nan gulita, hiii...jadi merinding.

Habis dari telaga sunyi, eh telaga warna, kami berangkat ke tempat yang terang n berasap...Kawah Sikidang. Disini seremnya lain, ibarat berdiri di atas kawahyang gemuruh...dimana-mana ada lubang di tanah yang panas dan mengepulkan asap.
Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 15—20°C di siang hari dan 10°C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara terkadang dapat

mencapai 0°C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.


Di belakangku adalah kepulan asap dari lubah-lubah kawah di tanah. Kawah ini diberi nama sikidang karena lubangnya pindah-pindah terus, kayak kijang lari.
Udara disini dingin, tapi punggungku panas kena uap asap.
Suasana hampir seperti Tangkuban perahu, tapi disini bau belerang tidak begitu keras dan tidak rame, jadi lebih menyenangkan.
Selain lubang berasap yang gemuruh, juga banyak disana-sini kubangan-kubangan air yang mendidih, waktu aku mencelupkan jariku, wuah panasnya bukan main..besok kalau ada kesempatan ke sini lagi aku mau bawa telur mentah, mau kurebus dikubangan air panas disini, pasti cepat matang..hehehe..


Berpose sejenak sebelum turun bukit. Bukitnya kalau dilihat dari jauh kelihatan terjal, tapi kalau didaki gampang banget. Nenek-nenek aja bisa sampai puncak, apalagi aku yang masih calon nenek-nenek...hehehe...malu donk kalau gak bisa finish.

Tidak ada komentar: