Sabtu, 20 Juni 2009
BEE'S GALERIA MALL
Akhir Mei 2009 makan bareng di Bee's Galeria Mall. Menunya makanan Thailand, namanya aneh2 aneh sampai ngomongnya susah waktu pesen. Sekarang aja aku dah lupa lagi nama-nama menunya.
Fahmi sih cocok makan disini, emang dia sukanya makan yang serba ditepungin, entah itu tahu atawa daging. Wiii liat tuh, Fahmi lahap sekali ya..
Suffa keponakanku yang juga kuajak, makan dengan tenang...kayak biasanya...
Mamase, biasa...makannya sedikit tapi perut buncit, hehehe...
Sindrome setengah baya nkali..
Eh iya dibelakangnya mas Hajir tuh keluarganya pak Tatang Amirin, dosen FIP. Ternyata beliau juga suka makanan Thailand.
Rumah makan Makanan Thailand yang konon enak juga tuh Phuket, tapi aku belum pernah kesana,kapan2 wisata kuliner ke sana ahhh...
Aku...yang paling kusuka saladnya, abisnya makanan yang paling kusuka adalah sayur mayur, apalagi yang mentah n seger...
Fahmi...makanannya dilepas dulu...action..mau difoto nich... makan melulu ni anak.
Rio, kalau makan diem, tapi habisnya paling banyak n paling cepet.
Aku, Reza dan Wawan adik iparku lagi asyik menyantap makanan. Enak juga ternyata...tapi aku nggak habis. Padahal pesennya yang porsi reguler...sebelumnya aku sama bu Santi dan bu Eni pernah makan disitu juga dengan porsi Jumbo bisa habis je...Dasar abdul butun...hehehe
Kenapa ya? Why?Why?
TELAGA WARNA DAN KAWAH SIKIDANG DIENG
Habis dari telaga sunyi, eh telaga warna, kami berangkat ke tempat yang terang n berasap...Kawah Sikidang. Disini seremnya lain, ibarat berdiri di atas kawahyang gemuruh...dimana-mana ada lubang di tanah yang panas dan mengepulkan asap.
Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 15—20°C di siang hari dan 10°C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara terkadang dapat
mencapai 0°C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Di belakangku adalah kepulan asap dari lubah-lubah kawah di tanah. Kawah ini diberi nama sikidang karena lubangnya pindah-pindah terus, kayak kijang lari.
Udara disini dingin, tapi punggungku panas kena uap asap.
Suasana hampir seperti Tangkuban perahu, tapi disini bau belerang tidak begitu keras dan tidak rame, jadi lebih menyenangkan.
Selain lubang berasap yang gemuruh, juga banyak disana-sini kubangan-kubangan air yang mendidih, waktu aku mencelupkan jariku, wuah panasnya bukan main..besok kalau ada kesempatan ke sini lagi aku mau bawa telur mentah, mau kurebus dikubangan air panas disini, pasti cepat matang..hehehe..
Berpose sejenak sebelum turun bukit. Bukitnya kalau dilihat dari jauh kelihatan terjal, tapi kalau didaki gampang banget. Nenek-nenek aja bisa sampai puncak, apalagi aku yang masih calon nenek-nenek...hehehe...malu donk kalau gak bisa finish.
Jumat, 19 Juni 2009
MENGANTAR ANAK LOMBA LUKIS
Wah menarik juga, bagi yang biasa berlatih dulu sesuai tema yang sudah diketahui sebelumnya ya agak kelabakan. Tapi anakku cuek aja, yang penting nggambar, katanya. menang atau kalah bagi mereka bukanlah suatu persoalan, saya juga tidak pernah menuntut anak saya harus menang.
Yang penting partisipasinya n kemauannya untuk berkompetisi.
Kalau menurut saya, penilaian karya lukis anak masih sangat subjektif, tergantung pada siapa yang menjadi juri. Juri yang tahu psikologi anak, biasanya memilih juara dari non sanggar, yang notabene masih murni, ekspresinya bebas. kalau jurinya seperti ini anak2ku sering menang, tapi kalau disuruh rapi2 waah mesthi kalah.
Ini Reza sedang in-action...
Reza itu cirinya, sketsnya tegas dan berani, tapi kalau sudah mulai finishing, yaa nggak telaten.
Kalau Fahmi lain lagi, dia dari awal hingga akhir konsisten, tekun. Sketsnya kuat dan berani, finishingnya juga tuntas.
Mungkin kalau ada lomba skets langsung dg spidol fahmi ini bisa sering juara...
Yang telaten dan tekun ya naak...
Hasil karya Fahmi...
Selasa, 16 Juni 2009
MANGUT LELE JETIS BANTUL
Tempatnya sih sederhana, tapi...menunya tuh cocok banget buatku yang notabene wong ndeso asli, hehehe...yang akrab dengan ijo-ijo...
Sekalian ngajari anak2ku makan sayuran.
Bagi anda para vegetaris abis, paling cocok makan di Rumah Makan Mangut Lele di perempatan Jetis Bantul. Sebenarnya kalau mangutnya sih biasa, yang luar biasa itu adalah aneka lalap
sayuran yang melimpah ruah, mau yang matang ada, yang mentah juga ada, waaah pokoknya cocok sekali untuk saya yang pecinta berat sayur mayur.
Kalau mangutnya sih, bagi saya nomor 5, tanpa mangut pun saya tetep mantep makannya, karena gudhangannya enak, ada juga sambel trasi yang mantap banget, trus trancam mentahnya, waaah...cocok...
Oya, yang enak lagi tuh, tempe koronya, dibacem manis dan enak. pokoke..mak nyuuusss...
Coba aja...pasti ketagihan.
Sabtu, 13 Juni 2009
BERENANG DI TIRTO TAMANSARI BANTUL
Saya sering mengajak anak-anak berenang di sana, untk melampiaskan kegemaran anak-anakku berenang. Biasanya anak-anakku berenang di kali kecil dekat rumahku, sempalannya kali Gajah Wong. mereka bisa berenang secara alami karena sejak kecil sudah biasa nyebur kali. Tapi semenjak kali kecilnya akhir-akhir ini mengalami pendangkalan dan alirannya tidak lancar, anak-anak aku larang mandi di situ, tapi sebagai gantinya aku harus mau mengantar mereka ke kolam renang secara periodik, agar mereka tetap canggih berenang,yaah sekalian rekreasi.
Rabu, 10 Juni 2009
TATA CARA PENDIRIAN CANDI
Hal yang paling penting dalam mendirikan candi adalah menentukan lokasi dimana candi akan didirikan, lahan dipilih melalui berbagai pengujian yang dilaksanakan oleh seorang Brahmana.
Setelah lahan yang idealdidapatkan, dilakukan penentuan batas dan titik pusat halaman candi.
Menurut petunjuk dalam Vastusastra, sebelum suatu kuil didirikan, terlebih dahulu harus ditancapkan sebuah pasak di tanah yang menyimbolkan sebagai axis utama dari alam semesta yang disebut dengan istilah yantra garbha (the womb of the yantra), ada pula yang menyebutnya sebagai gnomon.
Ukuran membangun candi menggunakan patokan ukuran tubuh manusia.
Kemudian, dari titik sentral itu ditarik garis melingkar, termasuk ke sepuluh penjuru mata angin, termasuk zenit dan nadir. Masing-masing arah itu dianggap merupakan tempat kedewaan dan dari kesepuluh titik itulah perencanaan suatu kuil dilakukan.
Lokasi candi terpilih diberi batas bujur sangkar dan ditandai dengan lingga pathok
Sumber: Museum Kailasa Dieng, saat mengunjungi Dieng, 7 Juni 2009.
RAPAT JURUSAN DI RM. AYAM BETUTU
Senin, 9 Juni 2009...
Saya masih capeeek sekali sepulang dari Dieng tadi malam, tapi Senin hari ini ada rapat Jurusan membahas pembagian tugas mengajar. Yaah...terpaksa berangkat deh dikuat-kuatkan...
Tapi tidak rugi, karena rapatnya di RM. Ayam Betutu Jl.Palagan Tentara Pelajar. Lumayan enaak...karena ayamnya dibumbui dg lengkap, diungkep, diberi santan sedikit...waaah ..empuuk n maknyusss, khas ayam Bali,
Siapa kepingin, datang aja ke RM. Ayam Betutu...Dijamin puas, apalagi kalau gratisan kayak gini, hehehe...
VISIT DIENG PLATEAU 2009
Candi-candi di Jawa Tengah merupakan contoh dari perwujudan budaya Hindu-Budha India di Jawa. Dieng di Jawa Tengah yang berangka tahun 809 M dianggap sebagai contoh seni arsitektur tertua di
Dari 8 candi di Dieng, candi Bima dengan bentuk atapnya seperti atap (sphire) candi di India melambangkan tipe arsitektur yang mengacu pada prototipe-prototipe candi di India Utara, seperti Candi di Mahabalipuram India Utara..
Dataran tinggi Dieng dianggap merupakan suatu tempat yang memiliki kekuatan misterius sebagai tempat bersemayamnya arwah para leluhur, sehingga tempat ini dianggap suci. Dieng berasal dari kata Dihyang yang artinya tempat arwah para leluhur. Candi-candi yang berada di dataran tinggi Dieng diberi nama yang berkaitan dengan cerita atau tokoh-tokoh wayang Purwa dalam lakon Mahabarata, misalnya candi Arjuna, candi Gatotkaca, candi Dwarawati, candi Bima, candi Semar,candi Sembadra, candi Srikandi dan candi Puntadewa, sama dengan Candi yang ada di Mahabalipuram India. (Soedarso Sp, Bahan Kuliah Sejarah Seni PPs ISI
Di pintu masuk menuju candi, terdapat sisa-sisa bangunan yang hanya tinggal basementnya aja, disebut Dharmasala. Konon dulu digunakan sebagai peristirahatan bagi para peziarah dan pertapa yang hendak beribadah di candi Dieng. Jadi fungsi candi Dieng adalah sebagai kuil persembahyangan umat Hindu pada masa lampau.
Kami juga menonton film tentang Dieng di Teater Museum Kailasa di Dieng. Tempatnya menyenangkan, berAC dan nyaman. Sangat cocok untuk media pembelajaran bagi siswa da mahasiswa. Di Museum juga banyak terdapat koleksi yang diambil dari artefak-artefak candi berikut keterangannya yang cukup informatif.
Kami juga sempat mengunjungi tempat wisata lainnya seperti: Kawah Sikidang, dan Telaga Warna. Pokoknya tempat wisata di Dieng macam2, tapi karena waktu yang tidak memungkinkan untuk mengunjungi semua, kami hanya mengunjungi 3 tempat saja. Mungkin lain kali bisa puas berputar-putar ke semua objek.